Momentum Kebangkitan
Momentum peringatan hari Kebangkitan Nasional merupakan suatu timming inisiasi potensial dalam upaya membangun visi Indonesia. Kodefikasi angka 103 tahun perjalanan yang mengatasnamakan kebangkitan bisa diamati dan direkam kinerja perubahannya hari ini. Waktu yang tidak sebentar tersebut hendaknya menjadikan suatu alat untuk analisis internal bangsa dalam melihat dirinya saat ini dan masa yang akan datang. Momen tahunan ini hendaknya dijadikan ajang evaluasi dan refleksi bagi para pemikir bangsa untuk mendapatkan base line dalam upaya pembuatan kebijakan (policy) jangka panjang, menengah, dan pendek yang penuh dengan kebijaksanaan (wisdom). Perumusan pemikiran dalam upaya penyelesaian konkrit permasalahan strategis local, nasional, regional bahkan global menjadi suatu kewajiban bagi para pemimpin bangsa ini sebagaimana filosofi eksistensi kepemimpinan sebuah bangsa. Hal ini menjadi fundamental tatkala kebangkitan dan perubahan menjadi suatu kejadian yang pasti terjadi dan tidak bisa dihindarkan.
Kebangkitan nasional harus dimaknai secara luar oleh seluruh komponen kehidupan bangsa ini. Komponen atau diibaratkan seperti genetic dalam system tubuh manusia ini harus mengintegrasikan diri ke dalam pemahaman makna universal akan sebuah kebangkitan system nasional kehidupan hari ini. Ketidakpahaman seluruh masyarakat bangsa ini dalam memberikan nilai semangat perubahan perbaikan ini hanya akan menjadikan suatu kehidupan tanpa dasar dan tujuan. Hidup dan berkembang yang tidak berlandaskan pada suatu landasan konseptual yang kokoh dapat dipertanggngjawabkan secara moral alamiah dan ilmiah. Janganlah hidup sekedar hidup atau jangan menjadi manusia bodoh tapi aktif.
Visualisasi Potret Negeri Nuswantara
Kehidupan perjalanan bangsa ini seperti halnya aktivtas tinggal landasnya sebuah pesawat terbang. Analogi pesawat tersebut dapat kita gunakan sebagai visualisasi perjalanan pergerakan tumbuh kembang bangsa ini selama kurang lebih 103 tahun pasca ruh kebangkitan yang dikumandangkan para pejuang pahlawan dahulu kala itu. Kehidupan itu mempunyai tiga eksistensi prasyarat dalam perwujudannya diriny baik secara alam etik maupun emik, tekstual maupun kontekstual. Albert Einstein mengemukakan bahwa segala sesuatu itu disebut materi tatkala memenuhi standar eksistensi dimensi ruang, masa, dan waktu. Sama halnya dengan perjalanan bangsa ini, eksistensi dan keberhasilan kesejahteraan umat manusia Indonesia akan terwujud tatkala terpenuhinya kesatuan integritas antara visi, misi, aksi.
Visi adalah tujuan hidup yang diilustrasikan seperti bandara tempat transit pesawat terbang. Misi adalah konseptual jalan kehidupan serta prinsip-prinsip langkah dalam mencapai visi tujuan. Prinsip konseptual ini diibaratkan seperti jalan atau landasan pacu pesawat terbang. Tanpa landasan maka pesawat terbang tidak akan pernah bisa lepas landas dan mendarat di daerah tersebut. Aksi adalah operasionalisasi teknis-teknis dan program sebagai alat untuk bisa menjalankan misi. Teknis operasional ini dibaratkan seperti pesawat terbang, yang di dalamnya terdapat organisasi kehidupan yang dipimpin pilot, navigator, dan sekumpulan penumpang pesawat yang ingin mencapai tujuan yaitu bandara. Perjalanan bangsa ini identik dengan ilustrasi perumpamaan perjalanan pesawat. Pesawat hanya akan bisa mencapai tujuan tatkala ketiga persyarat tersebut dipenuhi. Pilot sebagai pengendali utama pesawat tidak salah jalan dalam memilih bandara untuk mendaratkan pesawatnya. Lintasan jalur pesawat harus selalu dalam kondisi top performance dan tidak boleh ada yang rusak apalagi bergelombang agar pesawat bisa melandas dengan mulus. Terakhir adalah komponen teknis dalam pesawat harus selalu dalam kondisi yang berdaya guna dan berhasil guna.Integrasi visi, misi, dan komponnen teknis organisasi akan menciptakan suatu tatanan kehidupan yang damai sejahtera.
Permasalahannya adalah tatkala pesawat yang ditumpangi awak pesawat itu gagal mendarat dan terjadi kecelakaan dalam proses menuju tujuan tersebut. Pastinya juga aka nada tiga kesalahan mendasar yang terjadi pada system tersebut. Sama halnya ketika selama 67 tahun Indonesia merdeka tetapi kondisi damai sejahtera ini belum tercapai maka ada yang salah dalam system tatanan kehidupan bangsa tercinta ini. Kesalahan bisa terjadi pada tataran tujuan yang hendak dicapai, misalkan saja pergeseran makna nilai-nilai universal dari damai sejahtera dalam filosofi negaraa agraris ini. Kesalahan yang kedua bisa terjadi pada ranah prinsip-prinsip jalan perjuangan yang dilalui bangsa ini. Terakhir yang ketiga kesalahan bisa terjadi pada tataran teknis operasional organisasi ini dalam menjalankan prinsip menuju tujuan. Kesalahan tujuan akan mempengaruhi semangat prinsip-prinsip perjuangan yang pada akhirnya akan memecah belah komponen teknis organisasi bangsa ini.
Pertanyaannya adalah ketika semua bangsa Indonesia mengalami kondisi kehidupan komunal seperti ini sudah merasa damai sejahtera atau sebaliknya. Kalau kita melihat secara netral kondisi kehidupan bangsa ini dalam banyak segi kehidupan ideology, politik, social, pertahanan keamanan, pendidikan, ekonomi dan lain sebaginya masih jauh dari kondisi damai dan sejahtera. Tatkala ini yang terjadi, pasti hal ini berkorelasi positif dengan organisasi kepemimpinan bangsa ini. Apakah bangsa ini sudah kehilangan filosofi tujuan mulia yang diamanahkan melalui konstitusi undang-undangnya? Apakah kegagalan para pemimpin dalam menjalankan prinsip-prinsip semangat perjuangan ataupun kerusakan parah mendasar pada tataran lembaga-lembaga teknis yudikatif, eksekutif, maupun legeslatif? Kiranya para pembaca bisa menganalisis dan menyimpulkanya sendiri-sendiri.
Filosofi Kebangkitan Akal Budi
Terlepas dari kesimpulan dan hipotesa pikiran dalam mengevaluasi kejadian bangsa ini, penulis masih optimis bahwa dengan semangat kebangkitan semuanya bisa berubah. Hukum alam dan prinsip sunatullah penciptakan menyatakan bahwa kehidupan itu silih berganti selayaknya siang dan malam. Alam ini mempunyai dua aspek kehidupan. Alam fisik dan alam non fisik atau disebut juga dunia etik maupun emik yaitu alam eksistensi dan esensi. Perubahan kebangkitan harus berdasar pada dua aspek kehidupan tersebut. Perubahan aspek fisik atau eksistensi organisasi akan mudah terjadi tatkala sudah berhasil merubah dan membangkitkan alam esensi ruh kehidupan bagi para pemimpin dan yang terpimpin masyarakat bangsa ini. Bangsa ini telah kehilangan karakter kepribadiannya. Perubahan menuju bangkit (revolution) bukan berubah menuju buruk (devolution) dalam ranah alam esensi nilai karakter semangat prinsip perjuangan menjadi titik sentral pembangunan manusia Indonesia.
Pembangunan sumber daya manusia Indonesia hanya bisa dilaksanakan melalui suatu program sitematis sistemik dan berkelanjutan. Manusia sebagai makhluk paling sempurna yang diberikan akal pikiran dan perangkat panca indera harus mengoptimalisaikannya dalam mencari ilmu sebagai landasan kehidupan. Kebangkitan akal budi menjadi focus dalam penciptaan manusia-manusia baru untuk menjadi generasi penerus bangsa ini. Sebagai suatu statemen ilmu, maka kebangkitan secara ontologi keberadaan kebangkitan itu ada, baik ada secara alam konkrit maupun secara alam abstrak. Secara epistemologi kebangkitan terikat dengan sebuah metodologi yang disesuaikan dengan wilayah operasionalisasi objek perubahan itu sendiri. Aksiologi kebangkitan tentunya akan memberikan manfaat universal bagi keberadaan manusia seluruhnya. Arti penting keberadaan kebangkitan memberikan jembatan lintasan dalam upaya manajemen perubahan menuju suatu kemenangan atau kesejahteraan kehidupan. Segala macam kebangkitan meliputi dua alam kehidupan. Kehidupan materi dan inmateri, kehidupan fisik dan non fisik, pergerakan pertumbuhan kehidupan lingkungan alam maupun kehidupan alam akal budi manusia.
Kebangkitan akal budi menuntut perubahan dalam diri manuusia berbasis akal pikiran (brain theory) untuk mewujudkan pribadi-pribadi berkarakter dan berjiwa berdikari. Kebangkitan akal adalah perubahan manajemen akal pikiran manusia dalam mengelola kehidupan abstrak menuju manusia paripurna. Keberadaan akal pikiran (brain) menjadi hal yang paling disorot karena bagaian tubuh manusia inilah yang akan menentukan keberlangsungan kehidupan yang akan datang. Secara tinjuan perkembangan ilmu modern, akal merupakan suatu fitur tubuh manusia yang paling berharga. Akal menurut alquran Neurosains yaitu bahwa memperhatikan alam sekitarnya dengan otak , yang dimana otak adalah organ tubuh akal. Artinya akal itu sendiri terdapat di dalam otak seseorang yang digunakan untuk berfikir dan berdasarkan pemikiran itu maka lahirlah suatu ide atau gagasan
mengenai suatu masalah yang yang dipikirkan. Akal itu ibarat prosessor yang akan selalu siap menerima input atausoftware program apapun dari perangkat lunak lainnya.
Akal sebagai hardware harus diprogram dengan software yang sesuai dengan kepribadian dan karakter kebangsaan. Karakter kepribadian ini merupakan landasan bagi tumbuh kembangnya kecakapan dan kecerdasan kognisi lainnya. Sebagaimana hal ini diungkapkan Pribam, 1971; Clark, 1986; Strongman, 1996; LeDoux, 1999 dalam Nugroho di harian Suara Merdeka edisi 2 Mei 2011 yang menyatakan bahwa kehidupan emosional mendahului dan mendasari proses kognisi dalam aktivitas mekanisme kerja otak dalam proses belajar dan berfikir. Aktivasi dan inisiasi pembelajaran kampus yang berbasis nilai karakter merupakan suatu keharusan dalam rangka penciptaan manusia-manusia baru. Ilmu atausoftware tersebut adalah ilmu ajaran budi pekerti yang inhern dalam setiap kegiatan perkuliahan. Ajaran budi adalah ajaran/kawruh yang berlandaskan atau mengedepankan keindahan budi pekerti. Ajaran ini harus selalu dijadikan sebagai landasan kebangkitan dalam pembangunan karakter manusia terutama di perguruan tinggi ini.
Sebuah Motivasi Anak Negeri
Ajaran akal budi ini harus didekatkan dengan filosofi sejarah dalam kehidupan masa lalu generasi putra-putri terbaik Nuswantara. Nuswantara memiliki filosofis kebangsaan yang sangat luar biasa. Ditinjau dari terminologi bahasa Kejawen, makna Nuswantara diartikan sebagai berikut. Nuswa : negeri patirtan/perairan yang subur makmur, Swa: berdiri sendiri, bangsa yang berdaulat sepenuhnya membawa rahmatan lil ngalamin, Anta: satria gagah perwira ngugemi taler kautaman, Tara/tra/trah manusia suci yaitu avatara-baik nabi-nabi, wali, kyahi, ulama. Generasi para penghuni negara Indonesia ini sesungguhnya memiliki sejarah panjang dalam percaturan kepemimpinan manusia pada jamannya.
Ajaran akal budi yang ditinggalkan generasi tersebut bisa dijadikan rujukan pembentukan karakter para pemimpin dan warga terpimpin dalam satuan kehidupan kerajaan kampus berstatus kebangkitan pertama kali I Indonesia ini. Salah satu akal budi yang pernah ada dalam perjalanan panjang tanah Babat Jawa ini adalah karakter Gajah Mada. Kepemimpinan dari Patih Gajah Mada sebagai ahli strategi pada zaman Majapahit menggariskan sifat-sifat kepemimpinan yang disebut Panca Dasa sebagai berikut; Wijnana, Sifat bijaksana, penuh hikmah, dan tekun, Manri Wira, pembela Negara sejati karena benar dan setia; Wicaksana Naya, kemampuan menganalisis politik dan memutuskan;Matangwang, mendapat kepercayaan dari bawah atau anak buahnya; Satya Bakti Haprabha, loyal pada atasan dan taat berbakti pada pimpinan diatasnya; Wakjnana, pandai berpidato dan berdiplomasi, seni kemahiran dalam berkata-kata dan komunikasi; Sajjawopasana, tidak sombong, ramah dan suka member maaf; Dhirattsaha, rajin dan kreatif inisiatif kearah perbaikan dan kesejahteraan masyarakat; Tan Lalana, gembira dan periang; Tan Satrisna, tidak egois dan tidak mementingkan diri sendiri; Masihi Samastha Bhuwana, penyayang dan cinta alam dan lingkungan hidup; Ginang Prasidina, penegak kebenaran hukum Negara; Sumantri, abdi Negara yang baik; Anayakan Musuh, pembinasa musuh Negara.
Karakter akal budi tersebut telah membuktikan kepada dunia bahwa Nuswantara dengan kepribadiannya mampu menjadi bangsa besar dan bersejarah. Kesatuan pikiran, perkataan, dan perbuatan dari para pemimpin dan yang dipimpin telah mampu mempersatukan kehidupan kerajaan terbesar dalam sejarah peradaban masa lalu. Integrasi akal budi yang santun dan kecakapan dalam strategi menghadapi segala aspek kehidupan masa itu telah menorehkan sejarah tinta emas bagai bangsa Indonesia yang mendunia. Pastinya, kita hari ini yang masih menjadi generasi keturunan dari para orang-orang tersebut mampu dan bisa menjadi selayaknya mereka seperti dahulu kala. Perbedaan kehidupan dan kemajuan informasi dan teknologi hanya mampu bisa dikendalikan dan dikelola dengan akal budi. Kebangkitan akal budi yang independen mandiri serta didukungnya kecakapan kognisi teknologi informasi hari ini akan menjadikan bangsa ini menjadi berkarakter dan mewarnai kehidupan masa kini. Keberhasilan kebangkitan akal budi dan tumbuh kembangnya kecakapan aspek kompetensi ranah kognisi akan menjadikan bangsa ini menggenapi visi kehidupan sejati. Imposible is Nothing. (Farhan Shata)
Kebangkitan Akal Budi Sebuah Refleksi
Reviewed by DESTANA
on
08.48
Rating:
Tidak ada komentar: